Dari Seorang Mahasiswa Untuk Disnaker

Saat ini, sebagian besar kota-kota di Indonesia sedang terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat. Kondisi tersebut memicu terjadinya urbanisasi. Sejauh pemahaman saya, terdapat korelasi antara urbanisasi, angkatan kerja, kesempatan kerja, dan tingkat pengangguran. Meningkatnya tingkat urbanisasi suatu wilayah sebanding dengan bertambahnya jumlah angkatan kerja, berbeda dengan jumlah kesempatan kerja yang konstan. Hal ini dapat meningkatkan angka pengangguran di wilayah tersebut karena jumlah angkatan kerja dan kesempatan kerja yang tidak sebanding.

Di artikel ini, saya berfokus pada analisis tentang kasus tingkat pengangguran di Kota Bandung.
( Sumber : http://disnaker.bandung.go.id )

( Sumber : http://jabar.pojoksatu.id )

Sudah seharusnya masalah pelik tentang pengangguran menjadi "PR" bagi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. Ada banyak hal yang bisa dilakukan salah satunya adalah memanfaatkan teknologi yang ada.
Solusi tersebut dibagi menjadi 2, yaitu dengan pelatihan kerja dan tanpa pelatihan kerja.

1. Dengan Pelatihan Kerja
Untuk mendapatkan suatu pekerjaan, diperlukan softskill yang dapat mendukung pekerjaan yang diinginkan. Salah satu cara untuk mengasah softskill tersebut adalah dengan pelatihan kerja. Hal-hal berikut yang bisa jadi bahan pertimbangan :

1.1. Memanfaatkan media sosial dengan mengaktifkannya untuk menginformasikan lowongan pekerjaan dan pelatihan kerja. Hal ini sudah berjalan tetapi belum benar-benar banyak menginformasikan apa yang diinginkan masyarakat. Membuat media sosial seperti instagram dapat lebih efektif untuk melakukan publikasi mengingat masyarakat lebih aktif di sosial media ketimbang browsing di google mencari web yang diinginkan.
( Sumber : Instagram @disnakerbandung )

1.2. Mengadakan pelatihan kerja gratis sebab sebagian besar para pencari kerja tidak mempunyai penghasilan untuk membayar pelatihan kerja yang berbayar. Contohnya : kursus menjahit.

2.  Tanpa Pelatihan Kerja
Tidak semua orang bisa menyempatkan waktu untuk mengikuti pelatihan kerja, maka alternatifnya adalah dengan media online. Dengan alur sebagai berikut :
2.1. Memanfaatkan media massa dengan  mengadakan diskusi online tentang bagaimana cara memanfaatkan teknologi untuk menghasilkan uang.
Contoh :
2.1.1. Masyarakat bisa membuat membuat makanan tanpa mempunyai tempat gerobak untuk berjualan dengan memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan makanan tersebut, atau cara lain adalah bekerja sama dengan Go-Food.
( Sumber : foto pribadi )
2.1.2. Memanfaatkan kendaraan untuk menjadi bagian dari ojek online.
( Sumber : foto pribadi )


2.1.3. Freelance penulis suatu website.

2.2. Membuat suatu aplikasi berbasis android
Kenapa berbasis android? Karena tidak semua orang punya dan mahir dalam menggunakan laptop, tapi sebagian besar masyarakat sudah mahir dalam menggunakan gadget.
Aplikasi tersebut berisi tentang suatu tutorial untuk menjadi panduan mandiri dalam melatih softskill. Aplikasi tersebut terdapat 2 fitur, yaitu : Entrepeneur dan karyawan.

2.2.1. Entrepeneur
Berisikan tentang cara-cara start up menjadi pengusaha kecil-kecilan, bagaimana cara mempromosikannya, cara menghitung biaya-biaya, cara menggaet partner, cara mencari client, atau sekedar motivasi ketika usaha tersebut tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.
2.2.2. Karyawan
Berisikan cara melatih publik speaking, menjadi pribadi yang bertanggung jawab, dan bisa kerja sama dalam tim.

Ini adalah sebuah usulan. Terlaksana atau tidaknya itu tergantung kerja sama antara kita semua sebagai elemen dari masyarakat.


Komentar